Fotografi sudah merupakan hal yang lazim ditemui. Banyak sekali perorangan yang menawarkan jasa fotografi. Sayangnya, sebagian orang masih menanggap bahwa fotografi adalah hal yang mudah dan dapat dilakukan oleh semua orang; tinggal cekrek saja, hasilnya akan langsung bagus. Padahal kenyataannya tidak demikian, diperlukan dedikasi dan pengalaman bertahun-tahun untuk dapat memberikan hasil yang maksimal. Kolaborasi antara fotografer, editor, produk/model, stylist, dan pencahayaan yang baik lah yang akan menentukan seberapa profesional hasil dari sebuah foto. Untuk itu, sekilas akan kami jelaskan tentang fotografi itu sendiri dan apa yang perlu kalian persiapkan untuk menghasilkan foto yang lebih profesional.
RHP memiliki kompetensi dalam memperkuat digitalisasi bisnis B2B dan B2C melalui berbagai layanan kami, termasuk pembuatan kreatif yang terintegrasi dengan strategi pemasaran, serta pengembangan solusi digital seperti website dan sistem. Kami siap membantu Anda dalam membangun situs web Anda dan meningkatkan ROI bisnis Anda. Hubungi kami untuk memulai perjalanan digital Anda. |
Pengertian Fotografi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
fotografi memiliki arti penghasilan gambar dan cahaya pada film atau permukaan yang dipekakan untuk membuat seni. Seni ini dapat disimpan dan dibagikan dalam
format digital seperti melalui media sosial dan
website; juga dapat disimpan dan dibagikan dalam
format konvensional seperti melalui media cetak dan
billboard.
Melalui sebuah foto, cerita kompleks yang dapat merepresentasikan nilai-nilai dari kepercayaan seseorang atau sebuah perusahaan dapat ditampilkan dan dipahami oleh masyarakat umum, sehingga mereka dapat memilah siapa yang ingin mereka ikuti dan kenapa mereka ingin mengikuti perkembangan orang atau perusahaan tersebut. Salah satu cara agar foto yang diambil oleh seorang fotografer dapat memiliki standar profesional adalah dengan paham tentang teknik pengambilan gambar dan pencahayaan, karena kembali lagi pada arti dari fotografi itu sendiri yang adalah seni pengambilan gambar melalui cahaya.
Teknik Pengambilan Gambar
Teknik Pengambilan Gambar seringkali identik dengan teknik shot atau jarak pengambilan gambar. Tetapi sebelum membahas tentang teknik pengambilan gambar yang sering dibahas, kami akan membahas hal lain yang perlu diketahui sebelum melakukan pengambilan gambar yang jarang dibahas yaitu, teknik berdasarkan
genre atau kategori pengambilan gambar.
Mengetahui kategori pengambilan gambar ini merupakan fondasi untuk memahami bahwa aturan fotografi ada karena sebuah alasan yang simpel yang dapat dijawab melalui sebuah pertanyaan berikut: Apa tujuan dari pengambilan gambar tersebut? Apakah pengambilan gambar dilakukan untuk kategori
potrait,
event, jurnalistik, landscape, arsitektur,
sports, atau apa? Kategori ini akan menentukan definisi benar dari sebuah foto yang bagus. Hal ini terutama dilakukan ketika penilaian oleh juri dilakukan, karena penilaian dari juri akan subyektif berdasarkan bidang
genre yang mereka tekuni.
Setelah memahami tentang kategori pengambilan gambar ini barulah kita bisa mengarahkan diri untuk teknik shot atau jarak pengambilan gambar. Sebagai contoh, teknik pengambilan gambar
wide adalah teknik yang dapat menceritakan berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar objek yang kita foto. Sedangkan , teknik pengambilan gambar
close-up ditujuankan untuk mengarahkan persepsi dan pikiran agar sesuai dengan keinginan pengambil foto. Berikut adalah contoh hasil dari teknik pengambilan gambar
wide dan
close-up ini.
Teknik Pengambilan Gambar Wide
Gambar diatas diambil dengan menggunakan Sony A6500 pada FL (
Focal Length) 18mm, S (
Shutter Speed) 1/200, A (
Aperture) f/8.0, dan ISO 200. Hasil dari pengambilan gambar menggunakan lensa
wide dimana dalam hal ini berada pada 18mm berhasil menampilkan cerita dari keseluruhan lanskap dari
Hakone Gora Park yang berada di Jepang yang dapat dilihat bahwa keadaan cuaca sedang mendung dan terdapat beberapa pengunjung yang juga sedang menikmati keindahan
Hakone Gora Park, Jepang. Selain itu, pohon dan gerbang yang berada di tengah memberikan
leading line yang mampu membuat mata langsung tertuju pada 1 objek. Oleh karenanya, adanya
leading line juga membantu penikmat foto untuk tertarik melihat foto ini.
Teknik Pengambilan Gambar Close-Up
Lalu, pada gambar diatas juga diambil dengan menggunakan Sony A6500 pada FL (
Focal Length) 64mm, S (
Shutter Speed) 1/100, A (
Aperture) f/5.0, dan ISO 3200. Pengaturan FL ada 64mm seperti yang dapat dilihat berhasil menunjukkan kesan kompresi pada gambar yang mampu membentuk persepsi
Tokyo Metro Station yang sedang penuh pada jam pulang kerja. Penggunaan
Shutter Speed pada 1/100 dilakukan guna mengkompensasi
Aperture yang mentok di f/5.0 dan ISO yang mentok di 3200 agar noise dalam image dapat dikompromi. ISO pun diatur di 3200 karena
Shutter Speed yang sebaiknya tidak berada di bawah 1/100 agar tidak membentuk
motion blur pada gambar. Diluar dari pengambilan secara teknis ini, dibutuhkan juga kepekaan untuk tetap memiliki
Point of Interest (POI) seperti pada gambar diatas terletak pada papan arah di
Tokyo Metro Station itu, sehingga orang dapat memahami kejadian yang terjadi pada gambar dengan lebih jelas.
Semoga melalui
review beberapa gambar yang telah berhasil kami tangkap mampu membuat kalian para pembaca belajar lebih lagi bahwa pengambilan gambar bukan hanya sekedar cekrek, tetapi dibutuhkan pemahaman dan dedikasi agar gambar/foto yang dihasilkan mampu menggambarkan cerita dan emosi yang sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari pengambilan gambar kalian.